Bila sedang merenung, tertawa sendiri jadinya, tapi juga ingin menangis. Akasia hanya bicara dalam hati. Penyesalan itu datang setelah kita menetapkan satu pilihan. Anehnya lagi menyesal bukan karena salah pilih, tapi karena tergesa2 memberikan keputusan untuk memilih. Bukan pula karena yang dipilih itu ternyata buruk, tapi yang dipilih itu terlalu baik. Terlalu baik dan terlalu menyayangi sehingga Akasia merasa tak pantas untuk mendapatkannya, terlebih lagi Akasia hanya memberikan setengah hatinya saja. Tidakkah itu jahat? tidakkah itu adil dan pantas untuk yang dia pilih?
Ketika bulan itu membulat keperakan, terlintas bayangan Akasia dan Nakula duduk bersama diteras memandangi anak-anak mereka bermain. Hanya itu saja yang teringat bila dia melihat bulan. Maka haruskah dia memejamkan matanya ketika sinar bulan menembus dalam kamarnya, barangkali bulan harus di geser ketika dia ingin menikmati langit penuh bintang. Ah, Entahlah.... kata daunnya yang berguguran.
Friday, September 23, 2005
Sunday, September 04, 2005
Subscribe to:
Posts (Atom)