Saturday, December 25, 2004

Seperti malam yang tak pernah lepas dari gelap. Aku tidak tau kenapa, semakin aku menolaknya semakin kuat saja. Kenapa? bila malam bisa melepaskan diri dari gelap, meski hanya sekejap, kenapa aku tidak bisa? akan kupasang neon berjuta watt untuk memungkirinya. Aku akan tetap berjalan, meski dia menggigitku. Biar saja dia terseret - seret bersama langkahku. Akan kucukil dirimu dari tempatku, tapi? harus aku mulai dari mana? Kamu tidak membayangiku, hingga aku harus bersembunyi dari matahari supaya kamu tidak nampak. Tak pula kamu menghantuiku, sampai aku harus membaca doa setiap waktu. Bagaimana? katakan padaku bagaimana? Agar kamu keluar dari hati dan pikiranku. Berhentilah bertutur di dalam sana dan berhentilah menggiring pikiranku kepadamu. Kamu hanya akan membawaku pada sebuah fatamorgana. Tidak! aku tidak bisa dibodohi untuk yang kedua kalinya oleh kaummu. Bagaimana? kumohon, katakan padaku bagaimana? Aku tutup telinga tapi percuma karena yang bersuara adalah hatiku. Ah, kenapa rindu ini begitu menggigit?

Friday, December 24, 2004

Seperti kuntum melati putih
Ialah kesucian
Seperti melur
Bunga yang mengoarkan aroma
Seperti sedap malam
Yang mengembarakan harumnya di seantero taman dan
ruang rumah. Yang memberikan diri untuk di jadikan hancur
karena kasih antara manusia.

*Korrie Layun rampan


Tertatih daunnya gugur mengikuti bumi
Tertambat di celah beton selokan
Bersama air keruh
Dalam bayangan bulan
Bangkit tertahan
Lalu berjalan dan terhempas ke belakang
Tiada penopang
Kelam...

*Ninul eh Nina
Selamat... pagi matahari, aku disini. Tunggu ya! subuh tadi kubuka sedikit kelopakku, menyusul teman - temanku yang merekahkan diri. Untukmu? tentu saja bukan. Dengan malu aku akan merekah, lihatlah kelopak pucat di dekat putik, tidakkah cantik? Putih disini untukmu, ujungnya buat kupu - kupu dan kumbang bila dia sempat singgah. Wanginya khusus untuk kutilang yang kehabisan tempat untuk bernyanyi, sehingga dia harus bernyanyi diatas genting, sisa hujan semalam jadi pengiringnya. Ah, matahari terus... teruslah mandikan aku dengan sinarmu. Daun - daunku yang masih berembun, jadikan dia sibuk dengan sapamu. Akarku untuk air, daunku untuk ulat, batangku untuk jamur - jamur yang sempat hinggap. Mari bersenda wahai alam!! Suka dan duka bisa jadi rangkaian indah yang kunikmati. Dan semuanya untuk si manis yang punya indra pinjaman. Iya kan Nude?

HAPPY B'DAY TO MY LOVELY SISTER CHRISTINA WICAKSARI (MAMA KITIN) MOGA SUKSES SELALU DAN TAMBAH SAYANG SAMA KELUARGA KECIL BAHAGIA DAN SEJAHTERANYA. KAPAN NINA DI TAMBAHI PONAKAN LAGI?

Thursday, December 23, 2004

Hati anda belum hidup kalau belum pernah mengalami rasa sakit. Rasa sakit karena cinta akan membuka hati, bahkan bila hati itu sekeras batu. - Hazrat Inayat Khan

So... apa sekarang hatiku bisa di katakan hidup?

Tuesday, December 21, 2004

Alhamdulilah, ternyata masih bisa merasakan sesuatu yang gak jelas namanya. Memang tidak tau. ah sudahlah! Alhamdulilah juga... adikku yang paling cakep, paling bandel, paling pinter, paling dan paling... (hih! gemes, geregetan aku jadinya) bikin ulah lagi. Ibu telepon " urus semuanya ya mbak!" siap! biarpun harus bolak balik semarang - salatiga - gunung kidul sampai beberapa kalipun akan aku jalani. Apapun untuk dd, juga dd - dd ku yang lain. Gak begitu berat kok, cuma gemesnya aja yang gak bisa ilang. pingin remet2 kepalanya, pencet idungnya sampai merah. Dd...!! siap2 ya... mbak Nina mau pulang! awas kalau bikin Bapak dan Ibu bingung lagi!!!

Sunday, December 19, 2004

sejauh mana akan kukatakan pada malam. sebelum dia habis dibenamkan oleh siang. sebesar apa hasrat untuk menyentuh angin sampai dia cepat berhembus dan tak kunjung kembali. Maka tak urung aku hanya diam, ketika sejuk memaksaku berkoar. dan bercerita dalam hati saja.

Wednesday, December 08, 2004

namun sisi jiwaku yang lain berkata padamu
Kamu!
yang mengatakan dengan jantan
tidak seorangpun mampu menolak semu
di penggalan manakah semu
yang tak mampu kamu tolak itu?

kamu!
adalah angin bagiku
yang akan bicara bahwa
kebohongan laten ada padaku
seberapa besar pertaruhan dirimu?
saat aku bicara aku yang akan menolak semu

yang abadi akan tetap abadi
semu tak perlu mencampurinya
karena semu takkan jadi pecahan keabadian

aku akan berkata mengenai yang abadi
dan akan aku jawab dengan diam
lalu dengan kata yang manakah kamu
akan berkata padaku?
aku menyangkal atau aku membukanya?

teteskan air di saringan santanmu
pada tempayan - tempayan baru
yang dengan riang akan menikmati
basahnya dinding tanah liat karena tetesanmu
tak kucukupkan gayung bagiku
namun bila itu milikkupun takkan kusiakan
karena tetesanku ada pada
muara samudra- samudra di dunia.

Saturday, December 04, 2004

Gerimis di Pagi Hari

Gerimis bukan menangis. Hanya mencoba menyentuh hijaunya rumput. Mengakrabkan diri dengan embun, salah satu cikal bakalnya air hujan. Menikmati rasa tergelincir dari kuncup - kuncup mawar. Dan membulat di ujung - ujung bunga desember. Gerimis bukan kesedihan. Melainkan kedamaian. Dia tak menghentikan kicauan burung atau kokok ayam. Gerimis adalah senyum dan tawa dari bocah - bocah desa yang berebut payung dengan saudaranya. Dari bapak - bapaknya yang duduk santai, memandang keluar sambil minum kopi. Gerimis berarti bagi bayi yang di peluk hangat oleh ibu. Gerimis adalah nyanyian alam. Satu dalam seribu nyanyian alam. Hanya mencoba membantu matahari untuk beristirahat sejenak.