Monday, March 27, 2006

MOZAIK GULITA (2)

Paling indah adalah keterbukaan. Itulah paling tingginya tingkat ketulusan cinta antara dua saudara. Dia adalah tiang persaudaraan, penyangga kepercayaan. Semakin aku terbuka, semakin aku lega, jelas, lancar mengungkapkan dan mudah2an dapat dicerna. Aku tak takut kata2ku salah atas apa yang seharusnya aku sembunyikan. Apa yang lahir dari hati (Insya Allah) akan sampai ke hati. Pejamkan matamu... rasakan jalinan udara dan wangi menembus kulitmu. Menyusup perlahan pada nadimu. Rasakan denyutnya, hati yang mendenyutkan cinta karena Allah swt, pembicaraannya hanya ada dalam diam... dalam kekhusyukan... dalam untaian doa... dalam munajat... Semoga Allah ta'ala membukakan pintu hatimu untuk hatiku, memahamkan apa yang aku pahami, mempercayai seperti yang aku percayai. Maka aku kirimkan untaian doa untukmu dengan penuh kasih sayang, semoga kamu miliki tujuan akhir yang dapat terwujud.
Embuh menghadiahi pagi dengan kesegara. Dia hinggap pada rumput2 disela perdu, dan juga pada pucuk nyiur yang tertinggi. Embun lahir dimana saja. Pada tempat yang tinggi maupun yang rendah. Kamupun menghadiahi aku sebuah sapa, yang kurasakan seperti embun yang tingginya melebihi pucuk nyiur atau titik2 awan. Hal itu cukup membuatku gembira untuk mengulurkan semua yang kumiliki padamu. Ingin aku berikan apa yang aku pelajari dan kuringankan beban kesulitanmu, kuturutkan gembira atas apa yang kamu suka, yang kuinginkan bersamamu adalah surga yang luasnya seperti langit dan bumi. Itulah cita2 yang selalu menghantui pikiranku. Suaramu... takkan pernah terpisah dariku. Telingaku akan terus mendengarkan suara panggilanmu dalam keramaian sekalipun. DIA tau ketulusan kasih yang kubagi untuk saudaraku.
Perasaan yang berkecamuk dalam diriku, ingin rasanya aku titipkan pesan terakhir untukmu. Oleh karena itu, biarkan aku puas tinggal bersama sapamu, coretanmu sampai akhirnya kematian datang menjemputku setiap waktu. ingin aku sampaikan rahasia dibalik bilik hatiku. Adakah kamu juga memiliki kecintaan dan kasih sayang sepertiku, sembari mengharap berkah dari Allah swt? Sesungguhnya apa lagi yang aku inginkan? Cinta yang bergelora, yang menjadi tumpuan asa dan pelajaran.
Selanjutnya aku berjalan kembali menyusuri setiap insan. Ketika aku berdiri mengetuk rumah jiwamu, maka aku sangat yakin bahwa kamu akan membuka pintu hatimu bagi orang2 yang mencintaimu, menyayangimu, yang mendekatimu dan ingin bertanya padamu. Sungguh, aku akui menjaga cinta hati itu lebih berat daripada menjaga harta. Jiwa adalah harta yang paling berharga bagi orang yang punya hati dan dapat merasakannya. Janganlah lupa, dalam tulisan terdapat kehidupan dan kebahagiaan. Jiwa yang menulis ini hidup di sebuah tempat. Janganlah kamu meremehkan keinginan hatiku.
Manusia yang jumud, yang berhati batu, tidak pernah terpancar dari wajahnya keceritaan jiwa atau nuraninya, atau kehadiran sesuatu yang dapat memberinya watak untuk mencintai. Aku percaya dirimu bukanlah bagian dari apa yang aku goreskan sebelumnya. Selayaknya embun yang sejuk, seperti itulah dirimu. Sebagaimana cahaya bulan yang teduh, seperti itulah dirimu. Janganlah alpa, bahwa kamu punya aku, larilah menujuku, aku akan mencoba membagikan kelemah lembutan, mengumpulkan kepingan2 hatimu yang terserak, memeliharanya dan menanamkan kesabaran juga kecintaan. Kita akan sama2 belajar untuk itu.

Thursday, March 23, 2006

MOZAIK GULITA (1)

Lihatlah, begitu sabarnya rembulan, begitu ikhlasnya dia menerima bentuk dirinya dari waktu ke waktu. Dari sabit hingga purnama. Bahkan untuk menjadi sempurna pun butuh waktu. Dan kuyakini, bahwa hidup ini pun seperti rembulan, ada kalanya sabit, purnama, juga gerhana. Semua hadir pada waktunya.
Telah aku terima pesanmu. Cepat kuselami makna dan isinya dengan penuh semangat dan keingintahuan. Aku baca kata demi kata, seperti halnya perpindahan kupu2 dari satu bunga ke bunga yang lainnya. Baru saja aku berpindah, ingin rasanya aku ulangi lagi, menambah kemantapan, seiring dahaga yang semakin menyayat. Seolah katamu adalah bunga yang tak bakal habis madunya. Hanya kalbulah yang dapat memahami coretanmu, hati yang berdenyut dan berbicara. Aku telah selesai membaca dan merenungkan isinya. Bahasa tulisan tidak dapat diketahui rahasianya kecuali dengan kemilau hati sebagaimana perasaan dapat di ketahui kecuali dengan perasaan pula.
Aku tulis surat ini bersama malam, dimana rembulan sedang gerhana. Tapi langit masih tetap indah, meski bintang tiada. Bukankah mendung juga sebuah keindahan? Dengan perasaan yang kutumpahkan dengan ikhlas, dengan kasih sayang yang dalam. Mengapa aku menyayangimu? Pertanyaan yang mudah, tapi menjawabnya begitu sulit. Kecuali jika huruf2 telah menjadi cahaya dan garis2 berubah menjadi bayangan dan bunga2. Andai kata hati dapat bicara, sulit dibayangkan. Tapi aku tau, apa yang kita rasakan yang tak dapat diungkapkan, menjadikan kita begitu bahagia dalam diam, cinta dan kerinduan.
Sesekali rembulan mengintip dari hitamnya alam. Sinar yang keperakan berpendar samar2. Perasaan yang meliputi seseorang adalah salah satu dari sekian banyak rahasia yang dititipkan Allah swt. Hanya Allah swt lah yang tau bahwa aku menyayangimu karena-Nya. Aku kembali sadar dari rasa resah, gelisah dan penderitaanku yang telah berlalu. Kini aku semakin yakin bahwa kesabaran adalah sebaik-baiknya senjata. Tapi bagaimana kita harus melalui ujian untuk memastikan ketulusan iman kita? dapatkah aku bersabar? Ingin rasanya aku menangis mengingat keberadaanku yang jauh dari cinta Illahi. Tapi Alhamdulilah, setalah gerhana berlalu, maka akupun berubah setelah sebelumnya aku benar2 hampir tersesat. Aku minta pena yang tuli ini menulis, mengalirlah air mata menggambarkan isi hatiku. Dan disaat- saat yang aku dapat rasakan sendiri, betapa dunia ini penuh tipu daya.
Allah swt tak pernah alpa untuk menganugerahkan rasa cinta dihatiku untukmu dan yang lainnya. Hidup tanpa perasaan yang berkesinambungan seperti ini tak ubahnya mati. meskipun hanya sebatas perasaan tapi ia menjadi pembangkit kebahagiaan dan tempat peristirahatan bagi jiwa. Aku tidak mengenalmu begitu saja. Sebenarnya ruh kita telah sama2 mengenal di alam persemaian. Bahkan, perbincangan antar hati kita menempati derajat yang tertinggi bagi keyakinan diri dan keikhlasan. Aku takut menyanjungmu akan kehilanganmu, atau sebaliknya akan menghilangkan aku darimu.
Malam masih tetap kelam, dan kelam adalah satu dari sekian banyak kenikmatan. Bunga lentera (Wijaya Kusuma) suka pada malam, juga purnama. Maka wujud dari kecintaanya, telah dia persembahkan kelopak istimewa untuk merekah. Sungguh aku yakin harumnya dapat kita cium sebelum dia mekar. Yang paling aku inginkan selama ini adalah melihatmu. Mekar bersama atau diantara bunga lentera dan sedap malamku. Kamu telah meletakkan tanganmu pada hatimu, jari2mu diatas udara dan menyatukan wanti serta udara menjadi jalinan semu yang terasa.

Monday, March 20, 2006

Aku terdiam ketika melihatmu tergugu di depanku. Kudekap kembali kedua lutut yang menempel di dada sambil menghela nafas dalam2. Tak ada toleransi sedikitpun pada waktu yang terus berjalan. Detik jam pun merusak suasana khusuk kita. Aku telah melukaimu, melukaimu dengan keputusan yang aku sadari cepat atau lambat akan aku laksanakan.

Kau masih menangis, menggeleng perlahan. Tatapan kesedihan, memohon untuk mencabut kembali kemauanku "aku tidak bisa" lirihmu. Seandainya kau tau sahabatku, hatiku teriris melihatmu menangis, kuulurkan tangan menuju kepalamu, tapi urung kulakukan. Tidak! belaian lembut di kepalamu lagi, hanay akan membuatmu merasa mendapat kesempatan kedua dariku. Meski aku ingin sekali melakukannya lagi, mengusap - usap kepalamu penuh kasih, memijit kakimu, mengelus bulu2 halus di dagumu.

"Ak tidak ingin pacaran karena takut terluka" kuingat apa yang kamu katakan sewaktu kita menikmati capucino di sebuah kafe pinggiran senja itu. Dimana langitnya memerah, memaksa burung2 terbang ke sarang. Sekarang giliranku berbicara, diruang kecil ini.Kulkas berdiri tegak disampingku seperti serdadu. Giliranku bicara setelah pembicaraan kita 2 tahun yang lalu.

"Tidak selamanya kita harus percaya dengan apa yang orang katakan, disuntik itu seperti di gigit semut, kau memang akan percaya. tapi untuk lebih percaya, kau harus merasakannya. Hingga kau mempunyai kesimpulan sendiri bagaimana rasanya disuntik, maka seperti itulah yang kau rasakan sekarang, maafkan aku" Aneh aku sendiri terisak setelah berbicara demikian, bukan karena kata2ku. tapi aku tak sanggup melihat matamu yang menyiratkan kedalaman luka hatimu.

Sahabat, maafkan aku. Tak ada yang seperti aku. Takkan pernah kau temui seorang aku yang unik dan penuh teka teki. Misteriku takkan pernah tergali lebih dalam dari sebuah lubang sampah oleh sesamamu. yach, kau benar, tak ada yang seperti aku. Gadis manapun takkan pernah ada.

Ruangan kamarku dipenuhi alunana yang hanya bisa ditangkap oleh jiwa2 yang basah dengan nalar. masa depan, apa yang terjadi dengan masa depan dunia ini bila kuteruskan langkah? Sementara tubuhku disambut hangan oleh sudut kamar, warna hijau pupus, menyatu dengan warna karpet bermotif daun hijau anggur. Pastilah yang membuatnya terinspirasi pada tanaman buah mewah itu. Menilik kembali, bila jiwa ini masih berjalan pada impian dan harapannya yang sederhana. Aku kembali tenggelam dalam aneka pola warna, warna kencur, warna kepolosan.

Bila warna lain tak pernah masuk, meski itu sebagai penghias. Barangakali aku bisa membuka mataku kembali dan menikmati secangkir teh hangat. Sayang warna coba2 itu membujukku, sayang konsekuesnsi yang ditimbulkan bukanlah sebuah coba2. Bila aku melangkah dengan coba2 adakah akhir dari cerita langkahku adalah coba2? sekali lagi sayangnya tidak. Lukanya bukan terasa seperti coba2. Tapi memang luka yang terasa luka.

Khkh... maafkan aku sahabatku. Tidakkah kamu dengar suaraNya? Dia memanggilku. Tidakkah kamu rasakan, dia membelaiku, dengan jemari kasihNya yang lembut seperti kapas. dan aku berkata " hatiku ini telah rusak. maka gantilah dengan hati yang baru yang hanya berisi luapan rindu dan cinta hanya kepada-Mu"

Tuesday, March 14, 2006

Insan Bernama Kekasih

Debar hatiku membisik rindu
Ingin aku katakan kau gadis idaman
Adakah mungkin kau ku miliki
Untuk aku jadikan insan bernama kekasih


Keayuan yang tergambar lukisan nur iman
Bersulamkan keindahan santun perkataan
Bagai putih salju mendinginkan hangat perasaan
Mengusir segala resah di jiwa

Ku sampaikan salam ucapan mesra
Dan merisik khabar berita
Masihkah ada peluang
Untuk ku melafazkan cinta

Umpama rembulan jatuh ke riba
Mendengar khabaran darinya
Padaku kau memendam rasa

Pada Mu Oh Tuhan
Ku memohon keredhaan
Nur kasih yang ku damba
Kekal hingga ke syurga

Hanya satu yang ku pinta kebaikan dariNya
Moga dipeliharakan tulus cinta kita
Agar kukuh ikatan yang murni bahagia selamanya
Dengan lafaz pernikahan yang mulia

Datanglah kasihmu dalam diriku
Menghiasi ruang hatiku
Akan ku sambutnya dengan
Sujud penuh kesyukuran

Ku harap jalinan kan berpanjangan
Selagi kasih yang terbina
Kerana cinta kepadaNya

Kau ku sayangi teman sejati
Dikaulah sesungguhnya
Insan bernama kekasih

Saturday, March 04, 2006

Al-Isra' : 82

Dan kami turunkan Al-Qur'an sebagai suatu yang merupakan obat dan rahmat bagi orang - orang mukmin. Dan Al-Qur'an tidak menambahkan bagi orang - orang yang zalim kecuali kerugian.

Nabi Muhammad saw bersabda

Sungguh tidak ada sedikitpun kebaikan pada orang - orang yang tidak pernah diberikan cobaan oleh Allah swt.

karena kita sebenarnya lebih dekat dengan-Nya saat kita dalam ujian-Nya. benar tidak?