Monday, January 31, 2005

Saat seperti kemarin sebelumnya, aku jadi ingat kata - kata Hwie Fen, bahwa seperti emas yang sebelumnya bukanlah apa2. berada di air penuh lumpur, di dulang, di tempa berkali2, di bakar, di tempa sedemikian rupa. Adalah suatu perjalanan yang panjang dan berat untuk menjadi perhiasan yang cantik. Namun aku berpikir, Hendak KAU jadikan apa aku ini Rabb, perhiasan yang seperti apa? emas murnikah? ah mana mungkin? kuningan atau apa?
**********************************************************************
pagi subuh itu aku tidur di rumah, kepalaku berat sekali, tengkukku merinding, aku mendengar Uti memanggilku dua kali. tapi antara sadar dan tidak aku bicara dalam hati "Uti kan di ICU". siangnya aku jaga dengan de' novi, sempat menengok Uti juga di dalam. seperti biasa aku ajak istighfar, meski beliau tidak sadar tapi aku yakin beliau mendengarku. Sore jam besuk, bulik ita dan Ibunya de' novi juga menjenguk, hampir pukul 6, 2 bulikku pulang, sementara de' novi masih di dalam. setelah keluar,aku marahi dia karena terlalu lama di dalam, aku takut ketinggalan sholat maghrib berjamaah, de' novi cerita kalau perawatnya tidak percaya nadinya Uti begitu lemah, tapi aku tidak mempedulikannya, aku masih kepikiran sholat berjamaah. Kami lama di mushola karena mukena yg kami bawa di pinjam orang. setelah itu kami kembali ke sekitar ruang ICU, kurang beberapa langkah, masnya yang juga jaga orang tuanya bilang "yang menjaga ibu sri, di minta masuk" Apapun itu aku sudah merasa, sudah waktunya. Aku masuk, menyambar baju yang di kenakan untuk para pengunjung, dan kuhampiri Uti,tidak tau yang jelas Uti sedang di periksa perawat2 itu. Aku diminta mendoakan, lalu kuajak Uti beristighfar, tapi mbak perawat meminta untuk mengucap syahadat. Baca basmalah dalam hati, semoga Allah menguatkan hatiku, kutuntun beliau berkali kali, kuusap keningnya, rambutnya, ku tuntun terus "Uti, aku ikhlas" kuucapkan itu, selanjutnya dua kali syahadat. Lalu dokter cantik itu menjelaskan padaku, waktu di bangsal uti sudah tidaks adar, di bawa ke ICU ada perkembangan tapi jadi lemah lagi dan sekarang sudah tidak ada harapan. aku pikir biarpun tidak ada harapan Uti masih ada, tapi raut dokter itu jadi lain.setelah itu aku mengerti maksud dari dokter, menangislah aku "jadi dok, Uti saya sudah tidak ada lagi" dokter itu mengangguk, "Innalilahi wainailaihi rojiun, Uti.." kucium pipi uti terakhir kali. setelah kutenangkan diriku, aku keluar menemui de' novi, kuminta dia menghubungi rumah. Kenapa Uti pergi? Karena Allah sayang sama Uti, melebihi sayang nina pada Uti.

Monday, January 24, 2005

Sebetulnya aku ingin lepas dari masa laluku. Gentayangan bebas, aku ingin hilang dan tak dikenal orang. Aku ingin memutuskan segala ikatan. Lenyap. Hilang. Moksa. Aku ingin menjadi orang yang tanpa alamat, tanpa masa depan, tanpa masa lalu, tanpa sejarah. Aku ingin menghindar dari segala macam kewajiban dan upacara2 kehidupan. Mengapa seseorang harus menjadi berarti? mengapa ia harus menjadi semacam pahlawan, paling tidak untuk dirinya sendiri? mengapa ia harus memburu mangsa di balik cakrawala? Aku capek jadi pemburu. aku ingin menolak semua car ahidup yang telah ditentukan. apakah peradaban? aku tak tau, mengapa hidup ini kadang2 begitu menyiksa? kubuka jendela dan aku mencoba membuang persoalan yang tak pernah bisa kuatasi.pada akhirnya aku hanya tetap hidup. Aku hanya bisa tetap hidup dan jalan terus. Karena, bagaiman acaranya mundur? Aku hanya bisa mundur kedalam khayalan. Kembali mundur ke kedalaman abad. Menjelma ke dalam ketiadaan. Menjadi titik tanpa titik.


sumber: lupa
Mengapa kamu diam?
Sejuk suaramu mengalir ke ruas jiwa
Dalam diammu aku mendengar
Lirih kamu ucapkan rasa sayang
Dan kubiarkan kamu
Mencintaiku dengan caramu
*****

Dan mengapa dia diam?
Adakah dia menangis atau tertawa dis ana?
Terpisah pada dimensi senja
Dan yang aku tau
Tuhan menyayanginya

Friday, January 21, 2005

Dear sedap malam,
Hallo.. apa kabar? hari ini kamu semakin manis. Kamu buat kamarku menjadi wangi, tidak heran bila Korrie berkata, kamu mengembangkan harumnya di seantero taman dan ruang rumah. Yang memberikan diri untuk dijadikan hancur karena kasih antara manusia. Damai rasanya melihatmu. Ntahlah! kamu tau apa yang ada di pikiranku? Sepertinya kamu adalah jelmaan seseorang, barangkali putri yang dikutuk he..he.. aku ngaco ya?! apapun itu, ak7u suka sekali padamu. Pada kesederhanaanmu, dalam sederhanamu justru ada sesuatu yang mahal disana. apa itu aku juga tidak tau.
Sudah ya sedap malam.

Salam sayang

NINA

Tuesday, January 18, 2005

Aku sendiri sudah sedikit tak peduli. Kalau toh sudah masuk perangkap, apalagi yang harus aku lakukan selain memasrahkan diri. Merontapun sia2, seperti harimau yang terjebak dalam jaring. Dia hanya mampu mengaum, setidaknya untuk membuat si pembuat perangkap takut, tapi kiranya auman itu tak berarti untuknya. Semakin keras, semakin meronta, semakin inginlah si pembuat perangkap itu menaklukan harimau itu. Kesadaran bahwa ini semua semu dan pada akhirnya akan lenyap. bila aku beruntung, lenyapnya akan bertahap, tapi sayangnya aku sedang sial, hingga semu itu lenyap seketika dalam waktu yang aku lupa untuk menghitung mundur. di sisi lain aku yang mabuk dengan kesadaran penuhku ingin terus menelusuri lorong2 semu, penasaran dengan apa yang akan aku temui pada gang selanjutnya. Kalau aku menghentikan perjalanan semu ini, maka aku hanya mendapati diriku terkungkung dalam waktu tanpa aku menemukan sesuatu yang baru. Untuk apa aku berhenti, akan kuteguk anggur2 itu sampai habis. Peduli amat dengan yang akan lenyap nanti, toh itu hanya akan kurasakan bila aku sudah sadar dari mabukku. Aku tidak tau kapan aku akan mati, bagaimana bila nanti? menyesalkah aku bila belum sempat menggapai atau sedikitnya melihat yang ada di lorong semu. Apakah yang aku rasakan ini sama? Ntahlah! jangan tanyakan itu, aku tidak tau harus menjawab apa. ketika perawat bertanya, "pusing? perih?" apa yang berdenyut - denyut di kepalaku waktu itu juga sama seperti denyut di kepala pasien lain hingga bisa dikatakan pusing? apakah permen yang lumer dalam mulutmu itu sama seperti yang aku rasakan, hingga bisa di bilang itu rasa manis? jangan2 berbeda, aku tidak tau apa yang aku rasakan, apakah sama. kujawab iya jangan2 tidak. tapi sayang juga bila kujawab tidak. Nude, apa yang harus kulakukan? aku digigit semu, semu yang membuatku rindu. Sayangnya nude, sayangnya dia, kamu dan kaummu memang lebih sering diatas angin. mengatakan tanpa mengatakan, menggenggam tanpa menggenggam. akulah yang harus mencari cari maknanya. merabai dinding dingin yang bertuliskan kasih. Layaknya seorang buta yang berjalan mencari cahaya. Dimana cahaya? meski di cari, dia menyala dalam hati sang buta. Kalian membuatku tertiup kesana kemari. ah kalian membingungkan, kalian selalu dalam titik aman.

Sunday, January 16, 2005

Mengapa kamu diam?
Sejuk suaramu mengalir ke ruas jiwa
Dalam diammu aku mendengar
Lirih kamu ucapkan rasa sayang
Dan kubiarkan kamu
Mencintaiku dengan caramu
*****

Dan mengapa dia diam?
Adakah dia menangis atau tertawa dis ana?
Terpisah pada dimensi senja
Dan yang aku tau
Tuhan menyayanginya

Wednesday, January 12, 2005

De' Kame kok tidak muncul see? kenapa? masih melayang ya? Khh... aku tinggal main scramble, ketemu mas Arya. Kini semua jadi lain, mana yang serius mana yang main2, aku tidak tau. Kenal dengan seorang teman, namanya gak tau. enak diajak ngobrol, dari hal yang paling simpel sekalipun. Menyebut A ya A, B ya B. tanpa tedeng aling2, meski risi dan malu juga membacanya. tapi aku harus beradaptasi dengan mengimbangi lawan bicaraku, jadi kita sama2 gak munafik. meski yang kami bicarakan adalah sesuatu yang tabu, tapi tetap kulanjutkan. Kalau itu science,why not? toh yg di seberang bilang, ini sekedar ngobrol dan nambah pengetahuan.
Sampai rumah, rencananya hanya tiduran eh malah ketiduran 2 jam. ampun dech! badanku jadi lemes dan kepalaku pun pusing. Mau mandi sudah malam, daripada kena rematik. Masuk kamar bulik, kubuka jendela yang menghubungkan kamar sepupuku, disana De' Novi dan De' Suci sedang asik membaca tabloid. "siapa tadi yang mencariku?" tanyaku pada mereka berdua. belum juga mereka menjawab akulanjtkan pertanyaanku "kenapa Ci? kangen ya? kata bulik, kamu cari mbak nina?" yang ketahuan merasa malu dan mengelak. "Iya nich mbak, kangen" goda De' Novi. he..he.. kulanjutkan saja menggodanya, biar sekalian merah wajah itu. "Bilang saja kalau kangen, boleh kok. Muuuach! muuach!" sambil kulakukan adegan kiss bye. asiiik... sepupuku salting, kami jadi susah berhenti tertawa, habislucu. Guyonan kecil itu memberikan sedikit tenaga padaku, setidaknya mataku tidak kriyip2 lagi seperti sebelumnya. Bikin kopi dan makan malam. Ikan pindang kenapa kamu enak sich? lebih nikmat daripada tongseng yang terpaksa aku makan waktu sama masnya niken dulu. itu seprti eksekusi buatku. Alhamdulilahkenyang, nonton si Rommy beraksi di tv, belum sampai selesai aku sudah tidak tahan untuk menekuni bacaan yang aku pinjam di perpus umum. Hampir tengah malam Ryo sms. karena tidak jadi mampir ke Salatiga. Kalau gitu belum jodoh, gampang tho sobatku sayang he.he..(^.^)! hampir pukul 1, Mas Dandi sms "xl gratis" katanya. kucoba menhubungi dia gak bisa, telp niken malah kena mailbox. tekor dech! telp Mas Dandi, operator bilang "pulsa anda tidak cukup untuk melakukan panggilan ini" au ah! kulanjutkan membaca. Bacaan dengan bad ending, sebel aku!
Badan capek semua, tapi belum bisa tidur. sampai akhirnya mrem juga, baru beberapa langkah pada gerbang mimpi, si mungil berdering. "lagi apa?" tanya si penelepon "tidur" jawabku malas dan lemas (ngantuk sekali aku) awalnya gak sadar juga aku bicara dengan siapa, tapi 2 detikan ke tiga, baru melek sedikit "Nina ngantuk" jelasku pada orang di seberang. Akupun bangkit dan berjalan jauuuuuh sekali, kudapati diriku di sebuah tempat yang putih, banyak mainan dan anak2. Salah satunya aku gendong, tapi tiba2 tengkukku terasa berat, seperti ada benda keras yang baru saja mampir di sana. aku tersungkur dan jatuh, anak2 itu hilang. Samar2 kudengar seseorang berkata kalau dia akan membunuhku. Baguslah, bunuh saja aku. Orang itu tidak membawa apapun seperti pisau, tali atau apalah. Benar saja, batinku, perlahan dia mendekat dan mencekikku. Sesak sekali, aku coba menggapai sesuatu tapi tak ada. Ugh! Ya Allah sudah pukul 5.20, kenapa aku terlambat bangun? gpplah, toh lagi gak sholat. kulihat si mungil memberi informasi bahwa telah mendapat miss call sebanyak 9 kali. Ups! tak kudengar lagi miss callnya waktu aku mimpi bersama anak2. tapi gigih juga sampai 9 kali. alhamdulilah belum mati di cekik orang, barangkali saluran pernapasanku terlalu bandel.

Tuesday, January 11, 2005

Keripik Bayam

Bahan:
Daun bayam yang lebar
Tepung beras
1 butir telur
air secukupnya
minyak goreng

Bumbu yang di haluskan:
Kemiri
Ketumbar
Garam
Bawang putih


Cara:
campur bumbu yang sudah dihaluskan dengan tepung beras dan telur aduk rata sambil di tuangkan air sedikit demi sedikit sampai adonan tepung kental. Panaskan minyak dan masukan daun bayam satu persatu ke dalam adonan tepung kemudian goreng sampai matang.
** pada dasarnya membuat keripik bayam ini sama seperti membuat keripik tempe.

selamat mencoba
Dia tak habis pikir. apa sebenarnya dia salah jaman? barangkali seharusnya dia ada di jaman dahulu, atau memang keberadaannya di jaman ini sudah tepat dan dia saja yang tidak bisa beradaptasi. Barangkali juga dia termasuki orang yang kuno. Kemudian diapun memutuskan untuk mencoba mengikuti jaman ini. Tapi baru sejenak dia membuka jendela, ditutupnya kembali jendela itu. Ini jaman edan! untuk apa dia harus ikut edan? Ada yang bilang Ra edan Ra keduman. Biar saja! Kalau keduman tapi harus edan, maka itu bukan dirinya. Lalu bagaimana dia hidup di jaman ini? Dia masih tetap hidup, menjadi bagian dari permainan kehidupan. Dia berjalan di sepanjang koridor hidup yang morat - marit ini, yang dindingnya sudah retak dan tak jelas normanya, dia menuju cermin, terus berjalan...... semakin lama...... pantulan di cermin itu.. semakin lama... seperti diriku.

Saat malam aku tunggu
aku baru tau kalau dia kelu

berapa lagi yang akan kamu kirimkan kepadaku
bawa saja pulang
ksatriamu yang pengecut itu

Duhai waktu
seberapa tajamkah dirimu
hingga koyak kesabarannya
dan jarak
seberapa jauhkan kau memisahkan
hingga surut keberanian

Aku akan melawanmu
Semu!!!

Wednesday, January 05, 2005

Bahwa seperti gunung yang membiru di selimuti kabut tipis di pagi hari
Seperti malam yang menyembunyikan misteri
seperti sinar surya yang menyelip di urat nadi
seperti karang yang kokoh di peluk ombak
seperti topan yang menggiring pada asa
namun seperti sepoi yang mampu mengatupkan daun putri malu
seperti itulah dirimu
menyematkan rindu di hatiku.
Kalau aku berkata kenapa dunia ini tidak adil, maka aku juga harus memarahi dan menjewer diriku sendiri seperti ketika Ulie berkata seperti itu. Karena apa yang dia petik sesuai dengan yang dia tanam. Dan aku? apa yang aku tanam di masa sebelum ini? aku pikir sesuatu yang wajar, tidak buruk tapi bisa di katakan lumayan. Atau mungkin benih - benih yang tidak aku sadari ikut tersebar dalam ladangku? What ever, aku tetap percaya sepenuhnya bahwa semua ini sudah adil, seadil -adilnya. Adil menurut Allah SWT dan adil menurut manusia, lain. Untuk itu aku mau adil menurut Allah SWT saja, meski kadang aku bertanya "mau dibawa kemana aku ini?"

Monday, January 03, 2005

Happy New Year! Semoga tahun ini lebih baik dari kemarin. Malam tahun baru ketika aku mencoba terlelap, seorang teman meneleponku, kata saudaraku suaranya seperti orang menangis, kuminta supaya lampu di hidupkan, setidaknya akan mengurani rasa panik kalau nanti ada kabar buruk. Olala! memang seorang gadis di seberang sana sedang menangis tersedu. Karena? tidak bisa keluar di malam tahun baru. Geli juga mendengar dia kecewa, tapi aku berusaha menenangkannya. Kakaknya keluar dengan gadisnya dan cowoknya (dia bilang) anak mami. Lucunya lagi ketika dia bertanya apa yang aku lakukan sebelum terima telepon "Mo tidur" jawabku. "Kalau gitu aku juga tidur ah, semoga tengah malam nanti ada keajaiban ya Nin" katanya sambil nangis. Temanku, kamu lucu.
6 menit pertama di awal tahun saat aku terjaga. BUAT NINA N NOVI MET TAON BARU. ALWI Selamat tahun baru juga Mas Nawi, terimakasih sms-nya dan terimakasih juga Mas Nawi selalu ingat Nina dan De' Novi. Maaf ya, Nina gak pernah balas sms, kapan - kpan kalau kaya' pulsa. Salamku buat mas - mas yang lain, semoga persaudaraan kita akan terjalin selamanya. Amien.
Sabtu, aku setrika di temani 2 sepupuku yang usil. Telepon lagi kudapat, sekali8 dengar suara di seberang satu nama terucap "Indiarto" Si empunya suara heran aku masih ingat suaranya. Tentu saja ingat, meski lama sekali kami tidak kontak via telp (cuma email/surat saja) "Happy new year Nin" "Happy new year Indi" . Thanks dah mau jadi temanku, ngucapin happy new year segala. Ngobrol lama sekali sambil guyon, apalagi kalau logat Banyumasan-nya keluar, kamu mengingatkan aku pada teman2ku di daerah sana yang sama - sama berlogat ngapak. Kamu gak hanya temanku, tapi seperti yang kukatakan di email dulu, kamu seperti adikku. Meski kita tidak sepakat untuk itu.
Ehem! wajar kalau noni - noni itu jadi takut untuk membahas soal mas, barangkali sebelumnya mereka juga berpikir aku ini sahabat mereka yang paling kejam dan tega. he..he.. gpp, aku tidak marah kok! dan syukurlah pemikiran mereka berubah, sahabat - sahabatku yang ceriwis... se- keras kepalanya aku, se- cuek apapun atau sesakit apapun, tidaklah kalau aku sudah tidak mau tau lagi tentang mas, walaubagaimanapun kami pernah "dekat". Aku punya hati. Lawan dari cinta bukanlah benci, melainkan tidak peduli. dan aku benci dia, artinya? ya begitulah, meski kadar dan penjelasannya sudah lain. So.. kurangi rasa khawatir pada teman kita, karena Selasa,28 Desember 2004 aku sudah menelepon kantornya di Kupang, bahwa Yonif 743 yang ada di NAD dalam keadaan aman. Dan aku yakin, Allah swt selalu melindungi nakula... kita.